KESETARAAN GENDER; MENYALAHI FITRAH,
MEMBONGKAR FONDASI AGAMA.
Barat
arus sungai yang tenang dipermukaan tapi deras dibawah, kesetaraan gender terus
gencar diwacanakan oleh kalangan feminisme dan pera pendukungnya melalui
pelbagai sarana yang sesekali tampak vulgar, namun lebih sering ‘menghilang’
dan mengurung diri dalam lingakungan terbatas, seperti pusat-pusat studi
wanita, lembaga-lembaga swadaya, organisasi kewanitaan , pelatihan dan
workshop, dan lain sebagainya.
Dengan
mengusung ide kesetaraan gender, kaum feminis menuntut kesamaan hak antara
laki-laki dan perempuan dalam segala bidang, politik, sosial, ekonomi, bahkan
keagamaan. Berbagai kasus pun mencuat, mulai dari tuntutan persamaan hak waris,
porsi kursibagi perempuan di parlemen, pernikahan beda agama secara mutlak,
hingga pembenaran hubungan sesama jenis, dan tentu saja masih banyak persoalan
lain yang mereka angkat.
PENGARUH
BARAT
Menurut
Dr. Ardian Husaini, wacana kesetaraan gender ini timbuh subur di Indonesia
karna pengaruh pemikiran barat tentang konsep laki-laki dan perempuan, dan
telah menjadi gerakan internasioanal. .
dalam pengalaman sejarahnya , Barat memandang rendah wanita dan
memperlakukannya secara hina, “karna itu muncul gerakan yang membebaskan wanita
dari belenggu yang mengikatnya. Setelah masa renaissance, mereka melihat
bahwa Barat maju karna konsep feminismenya, maka Indonesia juga harus ikut jika
mau maju seperti Barat, disan wanita sudah setara “papar dosen Universitas ibnu
Khaldun itu.
Meskipun
mulanya muncul dibarat, gerakan feminisme dan wacana kesetaraan gender terus
menyebar keseluruh penjuru dunia melalui badan-badan internasional. United
nation of development program (UNDP misalnya. Dibadan PBB ini, “gender
measuresment index (GMI) menjadi masukan dalam katagori menetapkan human
development index (HDI). Pointnya, seberapa jauh kesetaraan gender disebuah
negara maka akan mendukung peringkat index pembangunan manusia di negara
tersebut “jelas cendikiawan musa itu.
Ini
berarti,”konsep gender equality atau kesetaraan gendertidak hanya
menjadi program international, tapi telah menjadi program nasional dan
menyebabkan gerakan feminisme menjadi sistematis. Buktinya, dimasa (mantan
presiden) Abdurahman Wahid ada impres tentang pembangunan berwawasan
gender.ketika sudah menjadi program, tentu saja ada dana yang mendukungnya.
Inilah yang menjadikan program tersebut cepat berkembang di masyarakat.” Ujar
direktur Eksekutif INSIST ini kepada majalah gontor.
MEMBONGKAR
FONDASI AGAMA
Jika
feminisme lahir di Barat akibat penindasan dan deskriminasiterhadap kaum wanita
disana, maka hal yang sama idak terdapat dalam konsep dan peradaban Islam. Akan
tetapi, kaun feminisme menyamaratakan keduannya. Mereka menganggap agama apapun
menjadi justifikasi untuk mengekalkan budaya diskriminatif yang menempatkan
perempuan dibawah kuasa kaum laki-laki. Untuk itu, berbagai upaya mereka
lakukan untuk merubah konsep dan hukum-hukum Islam yang telah mapan untuk
memuluskan program-program kesetaraan gender. Kasus draf revisi kompilasi hukum
Islam adalah satu dari kasus yang masih segar dalam ingatan.
Kala
itu, menurut prof. Dr nabila Lubis,” mereka menyusun Draf untuk merubah KHI.
Misalnya, muslimah bolah menihkah dengan non muslim. Laki-laki juga harus
memiliki masa iddah ketika ditinggal mati istri. Perempuan juga harus
membayar mahar seperti laki-laki.” Hal ini tentu sangat mengejutkan, karna
masalah-masalah itu adalah masalah yang didukung oleh dali-dalil sharih (jelas)
dan shahih. “diantara masalah aneh yang dikemukakan dalam draft revisi KHI
adalah membolehkan pernikahan beda agama secara mutlak. Padahal nash Al-Qur’an
dengan jelas melarangnya, yaitu pada surat Al-Baqarah aat 221 dan surat
Al-Mumtahanah ayat 10.”imbuh wanita kelahiran mesir tersebut.
Sebenarnya
masih banyak lagi materi yang disusun kaum feminis dalam draf revisi KHI
tersebut, termasuk masalah perwalian, yang menjadi syarat dalam akad nikah dan
masalah pernikahan kontrak demi suatu maslahat tertentu. Uniknya, kaum feminis
yang umumnya pegiat Islam liberal ini mengajukan draf tersebut untuk disahkan
oleh mentri Agama waktu itu Prof Dr. Said Agil Munawwar sebuah upaya yang
sangat ditentukan kaum liberal.
Memelintir
penafsiran Al-Qur’an guna mendukung faham feminisme dan kesetaraan gender, atau
bahkan menolak hukum-hukum Isaklm yang sangat jelas tampaknya sudah menjadi
kebisasaan yang lumrah bagi mereka. tengok saja tajuk sebuah jurnal yang
diterbitkan kelompok mahasiswa sebuah perguruan tinggi Islam mengangkat tema
yang sangat vulgar,”indahnya kawin sesama jenis.” Dalam salah satu artikel
berjudul”homoseksualitas dan pernikahan gay:suara dari IAIN’, yang dimuat
jurnal tersebut, penulisnya menyatakan, “hanya orang primitif saja yang melihat
perkawinan sejenis sebagai abnormal dan berbahaya. Bagi kami tidak ada alasan kuat bagi siapapun
dan dengan dalh apapun, untuk melarang perkawinan sejenis. Sebab Tuhan pun
telah maklum, bahwa proyeknya menciptakan manusia telah berhasil bahkan
kebablasan.
Gagasan
dan sikap seperti ini tentu sangat sulit di terima oleh seiap muslim yang punya
iman dan nalar yang sehat. “itu terlalu vulgar, harus sehera disingkirkan dan
pemikirannya dikonter.” Tegas Pfof. Dr. Siti Chamamah, mantan ketua umum PP
Aisyiah. Guru besar ilmu budaya UGM ini juga menolak cara penafsiran kaum
feminis yang serampangan, ia secara tegas menyuruh mereka kembali belajar
Al-Qur’an, “dipikiranlah secara baik-baik. Dia itu jelas kurang pintar. Suruh
belajar Al-Qur’an lagi, itu murusak,” tegas Chamamah . “anehnya beberapa tokoh
di Indonesia mendukunganya. Mereka menulis tafsir ayat-ayat Al-Quran, namun
penafsiran sangat ertentangan dengan ayat Al-qur’an. Menurut mereka Al-Qur’an
tidak adil, buruk, dan salah.” Ujar Nabilah Lubis, kepada majalah gontor.
Meskipun
banyak kalangan yang keberatan dan melayangkan kritik yang sangat keras, namun
kefilah kaum feminis tetap berlalu. Mereka tidak surut langkah pun dan terus
berusaha dengan gigih untuk memperjuangkan pengarusutamaan gender. Pendanaan
dari pihak asing di tuding sebagai biangnya.”mereka ini didanai oleh foundation-foundation
dari luar. Saya kasih contoh ketika musdah mulia meluncurakn buku-bukunya,
selalu mendapat sponsor dari Ford Foundation.” Jels mantan ketua umum
mejelis ilmuan wanita muslim internasioanal ini.
MEMBENDUNG
ARUS KESETARAAN GENDER
Salah
satu faktor yang menyebabkan masalah kesetaraan gender berkembang cukup pesat
ditengah masyarakat muslimah adalah karna kurangnya pemahaman yang benar
terhadap Islam. Padahal jika dipandang dari sudut pandang Islam, konsep
kesetraan gender patutnya dikritisi,”apa benar konsep kesetaraan gender itu
sesuai dengan ajaran Islam/” tanya Dr. Ardian Husain.” Jelas berbeda, barat
melihat perempuan sebagai makhluk individu sedangkan Isalm tidak. Isalm dari
dulu melihat perempuan sebagai bagian dari keluarga, itu wahyu dan telah
dicontohkan oleh Nabi SAW dan kehidupan umat Isalm selama 1400 tahun lebih.”
Tambah doktor jebolan malaysia tersebut.
Adian
Husain menjelaskan bahwa kaum feminis memandang gender sebagai maslah
budaya.”misalnya, laki-laki sebagai pemimpin keluarga, laki-laki yang memberi
mahar, laki-laki yang menjadi wali, laki-laki yang menjadi saksi, itu mereka
sebut sebagai konsep budaya. Itu yang masalah. Kita bilang itu bukan mejadi
konsep budaya, itu konsep wahyu.”jelas Adian.
Artinya,
semua itu ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Begitu juga kewajiban laki-laki
mencari nafkah diluar rumah, sementara wanita harus izin kepada suami ketika
hendak meninggalkan rumah. Semua iu adalah konsep wahyu yang ditetapkan oleh
Allah SWT dan hadist yang tidak boleh diubah.”begitulah persoalannya . jangan
mengubah konsep yang sudah jelas dalam Al-Qur’an dan Sunnah”ujar Adian.
Dari
pemaparan tersebut, tampak bahwa konsep kesetaraan gender yang ditawarkan kaum
feminis seharusnya daitolak. Terlebih lagi mereka tidak segan untuk
menjustifikasi faham destruktif tersebut dengan ayat Al-Qur’an, sehingga dampak
negatifnya semakin luas. Bagaimana cara mengatasinya? Dr. Adian menyakinkan
bahwa masalah gender adalah problm pemikiran sehingga harus dijawab dengan
pemikiran, yang intinya harus dijelaskan,”sebab saya temukan setelah dijelaskan
mereka faham, bahwa di belakang itu ada agen besar untuk menghancurkan musli”
terang Adian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar