Jumat, 30 Agustus 2013

BUTUH BATU LOMPATAN



            Kawan saya,  sebut saja Edi, sudah lama bekerja di perusahaan besar. Ia cerdas sehingga karirnya cepat meningkat. Hingga suatu saat ia mencapai puncak karir di perusahaan tersebut. Namun, disitulah puncak karir itu berakhir. Ia tidak bisa naik lagi ke puncak selanjutnya, karna hanya sang pemilik perusahaan yang bisa menduduki posisi itu.
            Walaupun karir Edi lrbih tinggi dari pada teman-temannya, tetapi lama-kelamaan ia merasa ada yang kurang pas pada posisinya. Dulu saat jabatannya masih rendah, ia masih sempat bercengkrama dan bertemu dengan keuarganya. Namun, semakin tinggi jabatannya, seiring dengan posisi dan tanggung jawab yang semakin besar, membuatnya harus merelakan banyak waktu untuk tugas-tugas di kantor. Akibatnya, waktu but keluarga semakin sedikit, yang menyebabkan hubungannya dengan keluarga tidak sedekat dulu.
            Edi merasa bekerja tak lagi membuatnya nyaman karna terasa sangat jauh dengan apa yang diimpikannya dulu untuk membahagiakan keluarga. Alih-alih untuk membuat keluarga bahagia, ia justru terbelenggu dengan pekerjaannya, terbelenggu dengan prestasi yang ia raih. Sungguh ironis.
            Kawan saya yang lain,sebut saja Wati, adalah pekerja keras yang mendedikasikan waktunya untuk perusahaan. Bertahun-tahun ibu meuda ini mengabdikan diri kepada perusahaan dengan prestasi yang lumayan baik, namun demikian pangkat dan jabatannya takkunjungnaik. Penyebabnya satu: ijazah Cuma D3, sehingga menyulitkan perusahaan untuk menaikan jabatannya dibanding dengan kawan-kawan kerja yang lulusan S1. Wati sulit berkembang bukan karna kemampuanya tidak ada, tetapi karna secara formal administratif, iatidak mempunyai sertifikat ijazah yang di perlukan.
            Kebalikan dengan Wati, Budi adalah orang yang mempunyai banyak sekali sertifikat, dan ijazahpun  mencukupi untuk proses kenaikan jabatan dan pangkat.perusahaan sulit memberikan jabatan tinggi karna kemamouan Budi terbatas.
            Ilustrasi diatas menggambarkan tiga kondisi berbeda, tetapi secara umum posisinya kurang lebih sama: Edi, Wati, dan Budi terkungkung keadaan yang membuat mereka tidaki bisa melakukan percepatan untuk kemajuan mereka. dalam posisi demikian, kita sebenarnya bisa memilih untuk masa depan. Bisa saja orang merasa bahwa itu “nasib” yang sudah di takdirkan pada dirinya, sehingga ia Cuma menerima semua itu dengan perasaan pasrah. Ia akan menjalani kehidupan selanjutnya sebagaimana air mengalir begitu saja, sikap ini jika dijalani dengan senang hati, tidak ada masalah, namu jangan sampai kita menyalahkan orang lain karna sumber permasalahn ada pada diri kita sendiri.
            Apapun posisi dan keadaan yang kita alami sekarang, sangat mungkin karna kemampuan, keterampilan, dan sertifikasi yang kita miliki tidak cukup, tapi kita jangan menyerah. Masih banyak waktu dan kesempatan untuk meraih kemajuan jika kita mau. Emajuan yang kita inginkan bukan datang dengan sendirinya, bukan diberi, tetapi musti dicari. Setiap kemajuan membutuhkan proses untuk mendapatkannya. Perlu bekerja keras, bahkan mungki sangat keras.
            Seorang Edi bisa memilih: pindah untuk memulai usaha baru. Keduanya bukan perkara mudah, mungkin situasi kerja sekarang tidaklah ideal, tetapi itulah prestasi yang telah ia capai dengan kerja keras. Pindah kerja belum tentu menjadikan lebih nyaman,dan memulai usaha juga bukan perkara mudah. Tetapi itulah yang mesti dilakukan jika ia ingin bekerja dan berusaha sesui dengan keinginannya. Ia membutuhkan keberanian untuk melakukan perubahan dan lompatan dalam kehidupannya.
            Sama dengan apa yang harus dilakukan oleh Wati.mau tidak mau, ia harus menyempatkan diri kuliah S1 karna ia menjadi tuntutan dan panutan kerja, jika hanya menyerah pada nasib, maka nasib akan sulit berubah. Tetapi jika ia berkorban untuk kulian lagi, maka bisa jadi karirnya akan berkembang laebih cepat.
            Budi juga tidak bisa menyalahkan keadaan begitu saja. Kemampuan dan keterampilan mesti diperbaharui terus-menerus jika ia menginginkan dirinya bisa lebih berguna bagi perusahaan dan orang-orang sekelilingnya. Jika ia tidak mengmbangkan diri dengan belajardan memiliki berbagai pengetahuan dan keterampilan baru, maka ia akan tergilas dengan kedatangan orang-orang baruyang lebih musa, lebih semangat, dan mempunyai kemampuan lebih tinggi.
            Intinya, jika kita merasa kondisi dalam beberapa tahun terakhir ini tidak berkembang, baik pada sisi pekerjaan atau usaha, maka saatnya kita berpikir untuk melakukan instropeksi lebih jauh. Sangat mungkin apa yangkita miliki sekarang ini, dari sisi pengetahuan, keterampilan, ataupun sertifikat, sudah lagi tidak mapu memenuhi kebutuhan perusahaan ataupun organuisasi.. tidak perlumengluh kalau itu terjadi. Mulailah dengan instropeksi diri, mencari-cari kursus untuk menambah keterampilan, meneruskan sekolah, atau belajar dari orang lain. Hanya dengan cara itulah, kita bisa terus bertahan dan mengmbangkan diri dimanapun kita berada. Berhenti menyalahkan orang lain! Saatnya membuka diri untuk belajar lagi agar kita bia melakukan lompatan lebih tinggi dalam hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar