Kamis, 29 Agustus 2013

JUJUR VERSUS DUSTA

Indonesia sering disebut sebagai negara yang berada diambang keterpurukan. Kerusakan dan kebobrokan hampir didapatkan dari setiap elemen birokrasi yang ada. Hal ini tentu sangat disayangkan. Secara tidak langsung hal ini juga telah mencoreng status Indonesia yang di huni oleh sebagian umat Muslim. Umat Islam dituntut untuk terus andil dalam menyelesaikan semua peroblrm yang ada. Islam telah memiliki harta pusaka dari Rasulullah SAW berupa Al-Qur’an dan Hadist. Sebagai pedoman utama, tentu saja akan menimbulkan efek negatif ketika ditinggalkan. Telah ditemukan berbagai percobaan dan usahah untuk mencapai taraf yang lebih baik. Tidak ada seorangpun yang mau diklaim sebagai orang yang bersalah, apalagi disebut sebagai penjahat, semua orang merasa benar, akan tetapi ukuran kebenaran yang dipakai bukanlah standar Islam. Sering sekali ditemukan standar yang ditemukan adalah strandar yang penting gue seneng. Ini artinya, nsfdu yyang disertai adanya keinginan dan kebutuhan pribadi telah merasuki jiwa. Badan memiliki jiwa (ruh) sehingga bisa bergerak dan bermanfaat. Tanpa adanya ruh yang menyertainya, sebuah badan tak ubah seperti bangkai yang tidak berguna, bahkan akan memberikan bau yang tidak enak jika dibiakan terus menerus. Demikian pula segala perbuatan umat manusia, ia juga memiliki ruh (jiwa).jiwa ini berupa keikhlasan. Seseorang yang berbuat dengan penuh keikhlasan untuk dirinya, umatnya, negaranya, tentu akan mendapat dukungan dari orang lain, baik berupa sanjungan, motivasi bahkan sanjungan materill. Akan tetapi orang yang berbuat tanpa diiringi keikhlasan, maka bagaimanapun ia berusaha menyembunyikan aibnya. Sesuatu yang hanya menunggu hitungan hari ketika segala yang dilakukannya akan di ketahui orang. Keikhlasan seseorang dalam bekerja akan tampak dalam kesehariannya yang selalu jujur. Ia akan berusaha untuk berbuat dengan benar dan berani menyatakan kebenaran. Kejujuran adalah salah satu tuntunan Islam yang telah mulai dilupakan. Kadang kala memang hal itu terasa pahit. Tapi itu kalau dilihat dari segi dhahiriyah dunyawiyah, maka hati nurani tentu akan berkata lain, ia akan selalu seiring sejalan dengan kebenaran. Selama tidak dicampuri dengan keinginan dan kebencian. Sebaliknya, dalam melaksanakan lawan dari apda jujur ko malah banyak yang menyatakan hal itu merupakan perbutan yang gampang, mudah, dan enteng. Tidak segan orang akan menjadi saksi palsu,demi uang. Mereka siap melukai nurani, hanya untuk kepentingan sesaat. Padahal, seburuk-buruknya perbuatan adalah berbohong. Disebutkan, ra’su adz dzunubi al kadzibu. Yang artinya pangkal dan sumber kejahatan adalah kebohongan (dusta). Orang tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi jika kepalanya telah dipenggal, dan untuk memenggal kejahatan-kejahatan yang lain hendaklah diawalai dengan meninggalkan perkataan atau perbuatan yang masih mengandung unsur kedustaan. Seoranga arab badui pernah menghadap kepada Rasulullah Saw untuk menyatakan keinginannya memeluk Islam, ia sudah bosan dengan kejahatan yang telah dilakukan, seperti mencuri, merampok, berzina, mabuk-mabukan, berjudi, dll. Mendengarr pengakuan dari arab badui tersebut, Rasulullah hanya meminta dirinya untuk tidak berdusta. Dengan penuh rasa heran iapun pulang ke ruamah dalam keadaan Muslim. Ia tidak pernah berfikir akan Islam yang demikian mudah baginya. Padahal sebelumnya ia telah berusaha meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat, akan tetapi selalu kambuh dengan adanya kesempatan. Sehingga suatu hari muncullah hasrat untuk mencuri. Begitu tangan sudah menjulur, ia teringat janji yang telah diucapkannya terhadap Rasulullah. Ia tidak berani berbohong jika Rasulullah bertanya tentang prilakunya. Demikian pula tatkala ia sudah mendekati perbuatan mabuk-mabukan, judi, dan zina.ia selalu teringat akan janjinya terhadap Rasulullah Saw. Sehingga sisa hidupnya diperdalam untuk mempelajari ilmu agama. Ia tidak sempat lagi untuk melakukan kemungkaran. Ia pun berubah menjadi alim saleh. Sungguh indah agama Islam. Tatkala penganutnya berani berbuat jujur pada diri sendiri. Ia akan menemukan jati dirinya.dimana tugasnya hanya menghamba kepada yang maha Kuasa,bukan kepada atasan dikantor ataupun kepada beberapa lembar uang. Meninggalkan perbuatan dusta menjadi kunci bagi orang yang ingin segera berubah mejadi orang baik ataupun menjadi orang yang lebih baik. Dalam ungkapan lain disebutkan, Ar Rahah Fi ash sharaha.yang artinya, orang akan menemukan rasa lega tatkala ia telah berani berterus terang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar