Pemikiran Thomas Aquinas Mengenai
Pembuktian Adanya Tuhan
Thomas
Aquinas lahir di Rocca Sicca, dekat Napels pada tahun 1225 dari suatu keluarga
bangsawan. St. Thomas adalah putra dari Pangeran Aquino, yang kastilnya di
kerajaan Nepal, dekat dengan Monte Cassino. Selama 6 tahun ia belajar di
Universitas Frederick II Nepal, kemudian ia menjadi pengikut Dominican
dan pergi ke Cologne, untuk beklajar di bawah bimbingan Albertus Magnus, ahli
Aristotelian terkemuka di kalangan para filosof pada waktu itu. Sejak tahun
1252 ia mengajar di Paris dan di Italia.
Filsafat
Thomas di hubungkan erat sekali dengan teologi. Sekalipun demikian pada
dasarnya filsafatnya dapat dipandang sebagai suatu filsafat kodrati yang murni.
Sebab ia tahu benar akan tuntutan akan penelitian kebenaran, dan secara jujur
mengakui bahwa pengetahuan isani dapat diandalkan juga. Wahyu memberi kebenran
yang bersifat adikodrati, memberi misteri atau hal-hal yang bersifat rahasia
seperti: kebenaran tentang trinitas, inkarnasi, sakramen dan lain-lain. Untuk
ini diperlukan iman. Iman adalah suatu cara tertentu guna mencapai pengetahuan,
yaitu pengetahuan yang mengatasi akal, pengetahuan yang tidak dapat ditembus
akal. Iman adalah suatu penerimaan atas dasar wibawa Allah.
Thomas memakai
pengertian essential (hakekat) dan existential (eksistensi) bagi Allah. Menurut
Thomas, Allah adalah aktus yang paling umum, aktus purus (aktus murni), Allah
sempuna adanya, tiada perkembangan pada-Nya karena pada-Nya tiada potensi.
Allah adalah aktualitas semata-mata. Thomas juga mengajarkan apa yang disebut
theologia naturalis, yang mengajarkan, bahwa manusia dengan pertolongannya
dapat mengenal Allah, sekalipun pengetahuan tentang Allah yang diperolehnya
dengan akal tidak jelas dan tidak menyelamatkan. Dengan akalnya manusia dapat
tahu bahwa Allah ada, dan juga tau beberapa sifat Allah. Dengan akal orang
dapat mengenal Allah setelah ia mengemukakakn pertanyaan-pertanyaan yang
mengenai dunia dan mengenai manusia sendiri. Dengan demikian Thomas berpendapat,
bahwa pembuktian tentang adanya Allah hanya dapat dilakukan secara a
posteriori. Maka ia dapat menerima pembuktian adanya Allah secara ontologis.
Thomas memberi 5 (lima) bukti adanya
Tuhan:
- Adanya gerak didunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak pertama yaitu Allah. Menurut Thomas apa yang bergerak tentu digerakkan oleh sesuatu yang lain. Gerak menggerakkan ini tidak dapat berjalan tanpa batas. Maka harus ada penggerak pertama. Penggerak pertama ini adalah Allah.
- Di dalam dunia yang diamati terdapat suatu tertib sebab-sebab yang membawa hasil atau yang berdaya guna. Tidak pernah ada sesuatu yang diamati yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, maka harus ada sebab berdaya guna yang pertama, inilah Allah.
- Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin ada dan tidak ada. Oleh karena semuanya itu tidak berada sendiri tetapi diadakan, dan oleh karena semuanya itu dapat rusak, maka ada kemungkinan semua itu ada, atau semuanya itu tidak ada. Jikalau segala sesuatu hanya mewujudkan kemunginan saja, tentu harus ada sesuatu yang adanya mewujudkan suatu keharusan. Padahal sesuatu yang adanya adalah suatu keharusan, adanya itu disebabkan oleh sesuatu yang lain, sebab-sebab itu tak mugkin ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu, harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang tak disebabkan oleh sesuatu yang lain, inilah Allah.
- Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yag lebih atau kurang baik, lebih atau kurang benar dan lain sebagainya. Apa yang lebih baik adalah apa yang lebih mendekati apa yang terbaik. Jadi jikalau ada yang kurang baik, yang baik dan yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya yang terbaik. Dari semuanya dapat disimpulkan bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab daris segala yang baik, segala yang benar, segala yang mulia. Yang menyebabkan semuanya itu adalah Allah.
- Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal seperti umpamanya tubuh alamiah, berbuat menuju pada akhirnya. Dari situ tampak jelas, bahwa tidak hanya kebetulan saja semuanya itu mencapai akhirnya, tapi memang dibuat begitu. Maka apa yang tidak berakal tidak mungkin bergerak menuju akhirnya, jikalau tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal, berpengetahuan. Inilah Allah.
Kelima bukti
itu memang dapat menunjukkan, bahwaada suatu tokoh yang menyebabkan adanya
segala sesuatu, suatu Tokoh yang berada karena diriNya sendiri. Akan tetapi
semuanya itu tidak dapat membuktikan kepada kita akan hekekat Allah yang
sebenarnya. Dengan semuanya itu, kita hanya tahu bahwa Allah ada. Sekalipun
demikian dapat juga dikatakan,bahwa orang memang memiliki beberapa pengetahuan
filsafati tentang Allah.
Dengan 3
cara manusia dengan akalnya mengenai Allah, yaitu:
1. Segala
makhluk sekedar mendapat bagian dari keadaan Allah. Hal ini mengakibatkan,
bahwa segala yang secara positif baik pada para makhluk dapat dikenakan juga
kepada Allah (via positiva).
2.
Sebaliknya juga dapat dikatakan, karena adanya analogi keadaan, bahwa segala
yang ada pada makhluk tentu tidak ada pada Allah dengan cara yang sama (via
negativa).
3. Jadi ada
yang baik pada makhluk tentu berada pada Allah dengan cara yang jauh melebihi
keadaan pada para makhluk itu (via iminentiae).
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar