Jumat, 30 Agustus 2013

SALAMAH BIN AL-AKWA


                Salamah bin Al-Akwa’ sosok yang gagah berani nan pandai berperang. Keberaniannya kerap ia tunjukan ketika menghadapi musuh seorang diri. Kendati ganas dalam berperang, ia sosok yang gemar bersedekah dan menolong orang yang membutuhkan.
                Salamah, panggilan akrabnya, adalah putra Al-Akwa’ bin Ilyas. Karna saking taatnya kepada sang ayah, ia menyimpulkan keutamaan bapaknya dalam kalimat singkat, “ayahku tekun beribadah dan tak pernah berdusta, memang untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi diantara orang-orang salih cukuplah memiliki sifat-sifat ini,” kata Salamah memuji bapaknya.
                Salamah mempunyai keahlian memanah, tak heran jika dalam setiap peperangan, Rasulullah memilihnya menjadi pemanah-pemanah tangguh. Peran Salamah dalam perjuangan Islam pun sangat , besar. Ia termasuk dalam tokoh-tokoh yang sangat berperan dalam Bai’at Ridhwan.
                Pada tahun ke-6 Hijrah, Rasulullah bersama para sahabatnya berangkat daari Madinah hendak melaksanakan ibadah umrah,tetapi perjalanan mereka dihalangi oleh orang-orang Quraisy. Lalu rasulullah mengutus Usman bin Affan untuk menyampaikan kepada mereka bahwa tujuan tersebut hanya umrah dan sekali-sekali tidak ada maksud lain.
                Sementara menunggu kembalinya Utsman, tersiar bahwa ia telah dibunuh oleh orang-orang Quraisy, tentu saja berita yang buruk ini membut Nabi Muhammad sedih, kemudian Rasulullah duduk dibawah pohon kurma yang rindang. Lalu para sahabat satu persatu menyajikan janji setianya pada beliau.
                Tatkala para sahabat lain Berba’iat, Rasulullah bertanya, “hai, Salamahkenapa kamu tidak berbai’at?” mendapat teguran itu Salamah maju mendekati Rasulullah. “saya talah berbai’at ya Rasulallah!” ujar Salamah. Salamah pun telah memenuhi isi baia’at dengan sebaik-baiknya.
                Selain lihai dalam berperang menggunakan panah, Salamah juga tokoh yang terkenal dalam peperangan berjalan kaki, serta melemparkan tombak dan lembing. Siasat yang digunakan serupa dengan grilya, jika musuh menyerang, ia menarik pasukannya, mundur ke belakang. Tetapi jika mereka kembali maka diserangnya tanpa ampun.
                Dengan siasat ini, Salamah mampu seorang diri menghalau tentara yang menyerang luar kora Madinah dibawah pimpinan Uyainah bin Hishan al-Fuzari dalam suatu peperangan yang disebut dengan perang “Dzi Qarad”. Ia pergi membuntuti mereka seorang diri, lalu memerangi dan menghalau mereka dari Madinah, hingga akhirnya datanglah Nabi SAW mambantu bala bantuan dari para sahabat.
                Pada hari itulah Rasulullah SAW menyatakan pada para sahabatnya, “tokoh pasukan jalan kaki kita yang terbaik adalah Salamah bin Al-Akwa’!”
                Salamh selalu berusaha untuk berbaik hati, ia tidak pernah berhati kesal dan kecewa kecuali ketika saudaranya ‘Amir al-Akwa’meninggal dalam perang Khaibar. Pasalnya, saat itu Amir mengucapkan pantun dihadapan tentara Islam.
                Saat itu ia merasa kecewa, sebagaimana sangkaan-sangkaan sahabatnya bahwa saudaranya “Amir bin al-Akwa” itu tidak mendapatkan pahala berjihad.
                Mengetahui perihal para sahabat, Rasulullah segera mendudukan perkara pada tempat yang sebenarnya, yakni ketika Salamah datang kepadanya dan bertanya, “Wahai Rasulullah. Betulkah pahala Amir itu gugur?” Rasulullah mwnjawab, “ia gugur bagai pejuang, bahkan mendapat dua macam pahala, sekarang ia sedang berenang disungai-sungai surga!”
                Setelah peperangan, Salamah kembali ke kampung halamannya di Rabadzah, ia menghabiskan sebagaian waktun ya ditempat ini. Suatu hari tahun 74 H, hatinya merasa rindu ingin berkunjung ke Madinah memenuhi kerinduannya itu. Ia pun tinggal di Madinah selama 1-2 hari dan pada hari ke-3. Ia pun meninggal dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar