Salamah
bin Al-Akwa’ sosok yang gagah berani nan pandai berperang. Keberaniannya kerap
ia tunjukan ketika menghadapi musuh seorang diri. Kendati ganas dalam
berperang, ia sosok yang gemar bersedekah dan menolong orang yang membutuhkan.
Salamah,
panggilan akrabnya, adalah putra Al-Akwa’ bin Ilyas. Karna saking taatnya
kepada sang ayah, ia menyimpulkan keutamaan bapaknya dalam kalimat singkat,
“ayahku tekun beribadah dan tak pernah berdusta, memang untuk mendapatkan
kedudukan yang tinggi diantara orang-orang salih cukuplah memiliki sifat-sifat
ini,” kata Salamah memuji bapaknya.
Salamah
mempunyai keahlian memanah, tak heran jika dalam setiap peperangan, Rasulullah
memilihnya menjadi pemanah-pemanah tangguh. Peran Salamah dalam perjuangan
Islam pun sangat , besar. Ia termasuk dalam tokoh-tokoh yang sangat berperan
dalam Bai’at Ridhwan.
Pada
tahun ke-6 Hijrah, Rasulullah bersama para sahabatnya berangkat daari Madinah
hendak melaksanakan ibadah umrah,tetapi perjalanan mereka dihalangi oleh
orang-orang Quraisy. Lalu rasulullah mengutus Usman bin Affan untuk
menyampaikan kepada mereka bahwa tujuan tersebut hanya umrah dan sekali-sekali
tidak ada maksud lain.
Sementara
menunggu kembalinya Utsman, tersiar bahwa ia telah dibunuh oleh orang-orang
Quraisy, tentu saja berita yang buruk ini membut Nabi Muhammad sedih, kemudian
Rasulullah duduk dibawah pohon kurma yang rindang. Lalu para sahabat satu
persatu menyajikan janji setianya pada beliau.
Tatkala
para sahabat lain Berba’iat, Rasulullah bertanya, “hai, Salamahkenapa kamu
tidak berbai’at?” mendapat teguran itu Salamah maju mendekati Rasulullah. “saya
talah berbai’at ya Rasulallah!” ujar Salamah. Salamah pun telah memenuhi isi
baia’at dengan sebaik-baiknya.
Selain
lihai dalam berperang menggunakan panah, Salamah juga tokoh yang terkenal dalam
peperangan berjalan kaki, serta melemparkan tombak dan lembing. Siasat yang
digunakan serupa dengan grilya, jika musuh menyerang, ia menarik pasukannya,
mundur ke belakang. Tetapi jika mereka kembali maka diserangnya tanpa ampun.
Dengan
siasat ini, Salamah mampu seorang diri menghalau tentara yang menyerang luar
kora Madinah dibawah pimpinan Uyainah bin Hishan al-Fuzari dalam suatu
peperangan yang disebut dengan perang “Dzi Qarad”. Ia pergi membuntuti mereka
seorang diri, lalu memerangi dan menghalau mereka dari Madinah, hingga akhirnya
datanglah Nabi SAW mambantu bala bantuan dari para sahabat.
Pada
hari itulah Rasulullah SAW menyatakan pada para sahabatnya, “tokoh pasukan
jalan kaki kita yang terbaik adalah Salamah bin Al-Akwa’!”
Salamh
selalu berusaha untuk berbaik hati, ia tidak pernah berhati kesal dan kecewa
kecuali ketika saudaranya ‘Amir al-Akwa’meninggal dalam perang Khaibar.
Pasalnya, saat itu Amir mengucapkan pantun dihadapan tentara Islam.
Saat
itu ia merasa kecewa, sebagaimana sangkaan-sangkaan sahabatnya bahwa saudaranya
“Amir bin al-Akwa” itu tidak mendapatkan pahala berjihad.
Mengetahui
perihal para sahabat, Rasulullah segera mendudukan perkara pada tempat yang
sebenarnya, yakni ketika Salamah datang kepadanya dan bertanya, “Wahai
Rasulullah. Betulkah pahala Amir itu gugur?” Rasulullah mwnjawab, “ia gugur
bagai pejuang, bahkan mendapat dua macam pahala, sekarang ia sedang berenang
disungai-sungai surga!”
Setelah
peperangan, Salamah kembali ke kampung halamannya di Rabadzah, ia menghabiskan
sebagaian waktun ya ditempat ini. Suatu hari tahun 74 H, hatinya merasa rindu
ingin berkunjung ke Madinah memenuhi kerinduannya itu. Ia pun tinggal di
Madinah selama 1-2 hari dan pada hari ke-3. Ia pun meninggal dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar