PESAN
POLITIK DALAM FILM “SANG PATRIOT”
Tahun
2014 bisa disebut tahun pencapaian bagi mereka-mereka yang merebutkan kursi
dipemerintahan, semua cara dilakukan demi mencapai hasil maksimal dalam pemilu
2014. Mulai dari beradu visi misi, sampai menggunakan cara licik untuk
memperoleh kekuasaan. Semua janji manis dipublikasikan demi mendapatkan simpati
masyarakat, tak heran jika masyarakat banyak memilih untuk golput daripada
turut berpartisipasi dalam pemilu 2014, karna mereka sudah terlebih kecewa
dengan para pemimpin sebelumnya yang hanya bisa menebar janji manis saja tanpa
ada implementasi yang diharapkan oleh masyarakat.
Para
calon penguasa memiliki berbagai macam cara untuk berkampanye, dimulai dari
kampanye ditempat terbuka, kampanye lewat media, menyisir ke pemukiman
penduduk, mengunjungi daerah-daerah yang terkena bencana, sampai yang lebih
mendapat perhatian masyarakat dengan memuat pesan-pesan kampanye dalam film
dokumenter seperti film “Sang Patriot” dan lain-lain.
Entah
apa yang terpikir dalam benak pembuat film “Sang Patriot” tersebut. Sampai
harus meluncurkan sebuah film, harapannya untuk mendulang simpati masyarakat.
Dengan memunculkan patriotisme sebagai mata citra yang hendak diarah ke jantung
publik. Bagai menepuk air di dulang, patriotisme yang disuguhkan tidak
menyajikan patriotisme yang sesungguhnya, yang ada hanya upaya untuk membuat
kita lupa siapa sosok pemeran dalam film tersebut.
Yang
layak disebut patriot yang sesungguhnya adalah Wiji Thukul yang hingga kini tak
pernah ditemukan, korban penculikan tim Mawar Kopassus yang diinstruksikan oleh
pemeran dalam film itu untuk mengambil pejuang tersebut.
Hampir
dari seluruh film tersebut hanya mendokumentasikan orang-orang disekitar
pemeran film tersebut, mulai dari generasi pangeran Diponogoro, perang jawa,
kakeknya dan ayahnya pemeran tersebut yang memang orang penting di negri ini.
Film dokumenter yang berdurasi kurang dari 33 menit 50 detik tersebut sama
sekali tidak bercerita soal patriotisme pemeran dalam film itu. Pencapaian yang
disampaikan oleh film tersebut tidak sebanding dengan pencapaian anak-anak
negri lainnya yang tidak pernah mengklaim dirinya sebagai patriot
Banyak
pihak menilai film ini sebagai propaganda dan kampanye pemerannya yang hendak
mencalonkan diri sebagai president, sebab diproduksi menjelang pemilihan
president. Secara tersirat film ini berusaha mengalihkan tudingan kerusuhan Mei
1998 kepada pimpinan ABRI Wiranto yang dianggap sengaja membiarkan kerusuhan di
Jakarta pecah, artinya berusaha membersihkan nama pemeran dalam film ini dari
dosa-dosa masa silam.
Patriot
seperti apakan yang sedang diusung oleh pemeran dalam film tersebut? Mungkinkah
public sepakat dengan pemeran dalam film tersebut sebagai patriot dari pada
Wiji Thukul, Herman Hendrawan, dan Petrus Bima Anugrah yang nyata-nyata
berkorban nyawa demi bangsa ini seutuhnya?
Dalam
memilih manusia nomor satu di Indonesia bukanlah perkara main-main, haruslah
dinilai dari berbagai perspektif, karna dia akan memimpin Indonesia 5 tahun
kedepan, kita hendaknya memilih pemimpin yang tegas, jujur, bijaksana dan
tentunya menjunjung tinggi hak-hak warga negaranya terlebih hak asasi manusia
warga negaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar